Minggu, 25 September 2016

Tiba - tiba


*tulisan iseng

Ada sesuatu yang mengalir, dari dalam pikiran, menuju hati. Mengalirkan sejenis perasaan aneh. Seperti aroma anyir darah, bagi yang tak menyukainya.

Sesuatu itu yang kemudian membuat langkah terhenti, berpikir lama. “tau apa kamu tentang yang dipikirkan Tolstoy dalam A Confession-nya? Kamu hanya baper saja. Sok ngerti.” Sekelebat suara berbisik di pikiran. Tapi, bagaimana dengan perasaan ini? Tiba-tiba saja merasa seperti seorang bebal. Tiba-tiba merasa seperti seorang lainnya yang banyak pamer ini-itu, tiba-tiba merasa jauh dengan para ‘alim. Tiba-tiba sok membaca tulisan seorang bijak. Tiba-tiba menuliskannya di status media sosial. Tiba-tiba merasa sok bersalah. Tiba-tiba membuat tulisan pengakuan. Tiba-tiba...

Tiba-tiba,

“Ah, mending tidur saja” bisikku, memaksa “mau nge-teh kog sudah jam segini (00.24)”.

 

Yogyakarta, 26 September 2016

Rabu, 20 Juli 2016

Salam tempel dari Kyai



Syawal ini -seperti biasa- saya bersama keluarga diajak Sowan ke Kyai  R. Kholil As'ad, pengasuh Pondok Pesantren Walisongo Situbondo. Beberapa kali sowan di pondok ini, seingat saya, dua kali saya mendapat suatu pengetahuan yang menurut saya menarik dan baru (yang satu lagi, kapan-kapan saya tulis. Insyaallah). Ya, yang saya maksud “salam tempel” dari Kyai adalah sebuah pengetahuan yang lebih berarti dari sekedar materi. Apalagi disampaikan oleh seorang ‘Alim seperti beliau.

singkat cerita, setelah melakukan sholat berjama’ah Dhuhur (bersama para tamu lain yang cukup banyak) yang di-Imami langsung oleh Kyai, lalu dilanjutkan dengan pengajian singkat. Sayangnya, saya lupa tidak membawa smartphone saya yang nantinya bisa untuk merekam pengajian tersebut. Tapi untungnya, saya masih membawa hp butut saya. Berikut adalah Beberapa poin dari pengajian tersebut yang sempat saya tangkap dan saya tuliskan di hp butut saya (dalam bentuk sms).

1.      Bulan puasa telah dilewati. Bulan puasa yang penuh dengan berkah. Bulan puasa yang dengan begitu banyak kelebihan dan nilai-nilai ibadahnya, terdapat juga malam seribu bulan dengan berbagai keutamaannya ... dan lain-lain, dan sebagainya (  waktu itu, Kyai menjelaskan beberapa hal terkait Bulan Ramadhan, terkait Nuzulul Qur’an, terkait pembagian 10 hari dalam Ramadhan, dll. Meski tidak terlalu detail, namun cukup banyak yang disampaikan oleh beliau. Saya tidak begitu ingat betul dan tidak terlalu cepat untuk mencatatnya).

2.      Setelah sebulan berpuasa, maka orang tersebut akan melaksanakan hari raya. Hari dimana orang tersebut kembali Suci/diampuni dosa-dosanya / “fitroh”. Fitroh adalah hal yang bisa “merasakan” ke-esaan Allah SWT melalui hati. Seperti contoh, mata adalah “sesuatu” yang dapat “merasakan” warna-warni dunia.

(maka, Fitroh adalah suatu hal yang sangat penting bagi seseorang untuk menuju kepada Tuhannya).

3.      (bersambung)

 

 

 

 

Situbondo, 2 Syawal 1437 H

(diketik dan diedit di)

Yogyakarta, 16 Syawal 1437 H


Sabtu, 25 Juni 2016

Meme – hal sederhana yang terkadang mudah memicu provokasi


Seperti diketahui bersama, media sosial memuat berbagai macam hal/informasi , dari hal yang penting (berupa berita, pengumuman, dll), nasihat, motivasi, cerita-cerita, gambar, iklan, humor, hingga dapat mengetahui sebagian kepribadian seseorang (terutama artis) melalui statusnya. Salah satu hal yang sering beredar di media sosial yaitu meme . Sebuah gambar dengan bebarapa kata yang tertulis di atasya, begitulah gambaran tentang sebuah Meme.

Meme berasal dari kata Mimema (Yunani) yang berarti gagasan, perasaan, ataupun perilaku (tindakan). Beberapa sumber di internet menyebutkan bahwa istilah meme awalnya dipopulerkan oleh Richard Dawkins – ilmuwan biologi – dalam bukunya The Selfish Gene.  Sesuatu yang diserupakan dengan hal yang dapat meniru atau mereplikasi diri dan –menurutnya – terdengar seperti gen. Dawkins menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan bahwa lahirnya budaya berasal dari gabungan banyaknya replika (tiruan) dari replikator (peniru). Bertolak dari hal tersebut, Meme internet menurut wikipedia adalah sesuatu yang menjadi terkenal melalui Internet, baik berupa gambar, video, atau bahkan karakter seseorang.

Meme pada umumnya digunakan untuk suatu guyonan, terkadang juga ada yang menggunakannya sebagai viral marketing atau pemasaran bergerilya. Meme dapat dibuat secara instan menggunakan suatu aplikasi pembuat meme. Aplikasi pembuat meme pun sangat mudah ditemukan, sehingga semua orang dapat membuat gagasan, informasi, guyonana dari meme tersebut. Dikarenakan hal inilah, meme menjadi merebak dan terkadang memuat hal-hal provokatif dan sensitif.

Seperti yang terbaru beberapa minggu kemarin - di bulan ramadhan ini (1437 H) -  adalah  terkait berita penutupan paksa suatu warung oleh pihak Satpol PP. Tentu saja hal tersebut sendiri mendapat banyak perhatian, baik dari kalangan pemangku kebijakan dan terutama para ilmuwan dan cendikiawan muslim. Namun, seolah-olah keberadaan meme dapat mewakili pendapat orang-orang di atas. Keberadaan banyak meme yang kemudian mendapat banyak perhatian dan komentar dari banyak pengguna media sosial.

Berdasarkan pengamatan penulis pribadi, tidak sedikit dari meme tersebut yang kemudian menuai pro-kontra di dalam dunia sosial. Namun, umumnya adalah akan memancing kontra dari salah satu pihak. Maka tak jarang, selama minggu-minggu tersebut, banyak ayat-ayat atau dalil, hingga penggunaan analogika (akal logika) tertentu yang kurang tepat terhadap kasus tersebut, yang kemudian diikuti saja oleh orang-orang (dari share dan komentar persetujuannya).

Hal tersebut dikhawatirkan -meski tidak semua orang- pasti akan berimbas ke dunia nyata. Terutama bagi masyarakat yang lingkungannya kurang mendukung untuk mencari informasi valid berupa keberadaan buku atau diskusi-diskusi ilmiah dengan orang yang ahli dibindangnya. Bagaimana jika – dengan kondisi lingkungan tersebut – membuat seseorang dengan mudah mengambil ide / gagasan / informasi dari sebuah meme? Bukankah bahasa meme yang sederhana terkadang bisa sangat persuasif dan provokatif?

Budaya Klarifikasi Informasi

Seringkali, karena suatu kondisi tertentu seseorang lupa untuk mengklarifikasi berita, terutama ketika tergesa-gesa. Klarifikasi muncul akibat rasa “keingintahuan” seseorang terhadap ke-valid-an suatu hal. Namun seiring berkembangnya teknologi, banyak hal yang terkadang begitu mudah di manipulasi. Ambil contoh, ketika ada suatu foto beberapa anak muslim dan muslimah di dalam tempat ibadah lain. Maka dari sebuah foto tersebut – dengan berbagai aplikasi yang ada – sangat banyak kemungkinan kata ide/gagasan negatif jika seseorang tidak bertanggung jawab membuatnya menjadi meme.

Atau, seperti yang diceramahkan beberapa kiyai pada suatu kesempatan. Dikisahkan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendapat laporan bahwa seorang sahabat ketika menjadi Imam durasinya terlalu lama. Maka dengan sabar, ketika bertemu dengan sahabat tersebut Nabi SAW kemudian menanyakannya terlebih dahulu kepada sahabat tersebut, terutama terkait suratan yang dibaca. Ternyata, setelah dikroscek sahabat tersebut membaca suratan yang panjang sehingga membuat jama’ah –terutama yang tua- menjadi kecapean.

Atau bahkan klarifikasi tidak hanya sebatas mencari tahu atau bertanya kepada seseorang. Namun butuh penelitian dengan waktu tertentu untuk menemukan suatu informasi yang “benar”.

Hal penting dari cerita di atas bahwa meskipun terkadang orang lain mengabari berita, baik dengan tulisan atau langsung, meski dengan ekspresi dan mimik yang meyakinkan, tetap perlu adanya klarifikasi. Apalagi sebatas potongan suatu video atau suatu gambar foto di dunia maya (media sosial). Yang siapa saja –tanpa diketahui latar belakangnya- dapat dengan bebas mempostingnya dan menyebarkannya. Maka untuk memperoleh sebuah kesimpulan instan dalam hal ini, tidak akan mudah dicapai.

Ayo “bermain”

Bermain yang dimaksudkan disini adalah bersentuhan dengan dunia nyata. Apapun itu, baik interaksi sosial atau sekedar melihat pemandangan alam. Bermain yang dapat membuka cakrawala lingkungan sekitar. Kalau dalam bahasa arab bisa diistilahkan dengan silaturrahmi.

Gus Dur*) – Presiden RI IV- adalah salah satu tokoh yang senang bersilaturrahmi. Baik itu antar agama, hingga lintas agama. Baik itu antar suatu keilmuan (diskusi dengan ahli bidang tertentu) hingga “silaturrahmi” dengan lintas keilmuwan beliau. Maka tak heran beliau –menurut beberapa orang- orang jenius, tahu banyak seperti dunia seni, sastra, sepakbola, dan lain-lain.

“Bermain” bisa dalam bentuk “berselancar” di dunia maya. Namun, yang penulis tekankan disini adalah “bermain” di dunia nyata. “Bermain” apapun yang dapat membuka cakrawala pikiran. “Bermain” sebagaimana kebutuhan naluriah makhluq Tuhan yang bernama manusia yang berlingkungan sosial.

Penulis –meniru-niru atau terinspirasi gerakan ayo mengaji / ayo mondok – mengusulkan suatu ide gerakan #Ayo”bermain”. Setidaknya, kegiatan silaturrahmi sederhana atau “bermain” tersebut dapat mengimbangi keberadaan gadget yang semakin tahun semakin canggih, yang kecanggihan tersebut terkadang membuat lupa diri seseorang. Dan juga menjadi hal yang penting dan perlu mendapat perhatian bagi para orang tua untuk membiarkan atau bahkan menyuruh anaknya untuk sesekali “bermain” atau juga bermain sebagaimana anak-anak kecil lakukan di jaman gadget masih langka.

Pada dasarnya Meme internet – terutama gambar dan foto dengan beberapa kalimat sederhana – adalah hanya salah satu contoh hal yang mudah tersebar di dunia internet, terutama media sosial. Kata-kata dalam meme yang terkadang menimbulkan efek persuasif dan provokasif perlu disikapi secara cerdas dan bijak oleh masing-masing pengguna media sosial. Meskipun pada akhirnya semua hal tergantung pada diri sendiri, namun tetap perlu ada suatu kesadaran kolektif yang ditumbuhkan. Dan yang pasti perlu diusahakan.

Wallahu a’alm,

 

*) Pada tulisan ini, penulis mengikuti pendapat bahwa Gus Dur adalah ahli agama.

Jumat, 17 Juni 2016

Modus penipuan sms berhadiah (final chapter)


Mungkin ini berita basi, dan jika kita mencari dengan kata kunci “modus penipuan sms berhadiah” di google, pastinya akan banyak sekali hal judul yang akan muncul dengan tanggal dan tahun yang sudah cukup lama dari postingan ini. Maka , perlu saya tekankan bahwa sebenarnya saya sedang belajar menulis, dan terima kasih banyak jikalau ada yang berkenan membaca tulisan ini.

Serta permohonan maaf saya, karena kejadian ini sudah sangat lama dari waktu saya menuliskan cerita ini. Maka gambar webnya tidak saya cantumkan, meskipun sudah berusaha saya lacak. sebagai ganti, saya cantumkan alamat web milik temannya teman saya yang mem-verifikasi/mendeteksi/mendaftar web-web apapun yang berkedok penipuan (terlampir di bagian paling bawah).

Setidaknya, satu hal/poin yang perlu saya sedikit garis bawahi dari cerita ini adalah ;

1.      Menimbulkan kesan harus segera diurus.

Penipuan sms seperti ini umumnya di kirim pada hari jum’at dan terakhir pengambilan hadiah hari Minggunya. Menurut saya, ini dilakukan untuk memancing berpikiran “wah, ini harus segera diurus. Sabtu-minggu Bank libur to?”. Jikalau korban sudah berpemikiran seperti itu, maka dia akan sedikit berpikiran jernih atau bahkan tidak logis (mudah terpengaruh).

 

2.       Bahasa orang yang menelpon sangat menarik, meyakinkan dan terkadang menekan.

Apabila kita sudah menelpon atau bahkan di telpon oleh pihak sana, biasanya maka pertama hal yang mereka katakan adalah alasan kenapa mereka menggunakan no. Telfon operator selular, bukan nomor telpon kantor. Di sisi lain, dia (si penelpon) akan menggunakan bahasa layaknya operator selular atau operator suatu lembaga formal. Dan di akhir-akhir, dengan gaya bahasa yang cukup cepat mereka akan terus menyerang kita dengan pertanyaan-pertanyaan tentang hadiahnya. Maka dari itu, hati-hati.

 

3.      Pastikan anda bersama seseorang

Jikalau memang anda mendapatkan kabar bahwa anda memenangkan sesuatu atau mendapatkan suatu hadiah, maka jangan lupa untuk mengabari ke seseorang yang anda percayai. Tidak usah ke banyak orang. Yang penting jangan cuman anda sendiri yang tahu dan kalau bisa tidak hanya satu orang.

 

 

Suatu ketika, ketika saya bercerita seperti itu kepada beberapa teman saya (sambil nongkrong-nongkrong), ternyata juga ada yang pengalaman mem-bully mereka (pelaku penipuan sms). Jadi, mereka telpon ramai-ramai , trus diapusi-diajak bicara ngalor-ngidul.

Maka, diakhir tulisan ini saya pribadi tidak bermaksud untuk memberi saran kepada para pembaca untuk melakukan apa yang dilakukan teman saya lakukan.

           terima kasih


web polisi online.
http://www.polisionline.com/2015/02/gebyar-bankbriweeblycom-poin-hadiah.html

Selasa, 07 Juni 2016

Modus penipuan SMS berhadiah (Part II)


Karena web itu sangat terlihat meyakinkan, maka saya putuskan untuk sms nomor tersebut. Beberapa saat kemudian, saya langsung di telpon oleh nomor tersebut. Seperti dipercakapan formal layanan operator, saya ditanyai beberapa hal. terutama tentang kebenaran saya terkait Nasabah Bank tersebut, saldo di Bank/ATM saya (semacam konfirmasi data, sambil beralasan banyak hal. seolah “mereka” mau mengkonfirmasi akun Bank saya. Mungkin supaya terkesan saya benar-benar pemilik akun itu, seperti di program berhadiah yang legal/beneran), saya beruntung mendapatkan hadiah uang, dan perihal kenapa mereka menggunakan nomor telp biasa (jaringan operator komersil) bukan nomor resmi Bank tersebut.

Akhir percakapan itu, saya diminta ke ATM untuk mencairkan Hadiah saya. Saya agak bingung dan cukup sadar. Awalnya karena bngung, saya matikan saja telponnya. Ketika mendengar disuruh ke ATM. Namun pihak sana tiba-tiba menelpon lagi. Sebanyak 3x (kalau saya tidak salah ingat), lalu di telpon terakhir saya angkat. Saya teringat dengan beberapa berita / kasus yang menyebutkan bahwa ada penipuan model hipnotis melalui telp. Maka saya pun kemudian berdalih kalau saat itu saya ada acara. Saya bilang ke dia, setelah jumatan mungkin bisa. “saya punya rencana”, sambil berbicara dengan “dia”,pikiran saya pun memikirkan hal lain.

Setelah itu, saya putuskan untuk mengikuti aturan main sana. Setelah Jumatan saya sms lagi, dan si pelaku (selanjutnya ; “dia”) langsung menelpon saya. Karena saya masih belum berangkat, percakapan jadi singkat. Saya bilang saya masih mau berangkat. Maka, setiba di ATM, saya kabari “dia” dan “dia” pun menelpon. Saya pun diintruksi untuk mengikuti perintahnya. Yang jelas, ketika memasukkan kartu ATM saya. Saya langsung diperintah untuk memilih bahasa Inggris. Maka selanjutnya, ini akan cukup berbahaya terutama seperti saya yang tidak begitu mahir bahasa inggris. 

Oya, lupa. terkait rencana saya. Sebelumnya saya mengajak teman saya. Saya bercerita kepada dia tentang kronologi peristiwa ini, kemudian saya juga sampaikan ke dia kalau saya mau mencoba menelisik bagaimana cara kerja “dia”. Saya juga berpesan kepada teman saya, jikalau saya bertindak aneh dan kelihatan tidak sadarkan diri , kagetkan atau pukul saya. Siapa tau saya berada dalam hipnotis.

 Lanjut cerita, diakhir cerita saya disuruh mentransfer sejumlah uang kepada sebuah nomor hanphone. Ya, seingat saya itu nomor telkom**l. Jadi, uang itu semacam dijadikan pulsa. Saya kemudian berhenti sejenak. Kemudian, pikir saya waktu itu jangan-jangan ini benar. Jangan-jangan ini memang hadiah untuk saya, karena toh saya benar-benar menggunakan Bank tersebut dan webnya meyakinkan. Saya juga berpikir, kalaupun uangnya hangus, toh cuman 200rb, tidak terlalu banyak (karena saya pernah dengar kalau ada yang tertipu sampai jutaan). Setidaknya, -pikir saya- saya tahu sistem dan mekanisme kerja mereka.

Tiba-tiba, teman saya menghentikan saya. Menanyakan saya. Mencegah saya. Awalnya kita sempat berdebat. Saya matikan telpon. Saya jelaskan bahwa saya sadar tentang konsekuensi ini. Saya jelaskan alasan di atas. Tapi teman saya tetap memaksa saya untuk tidak melakukan hal itu. Disisi lain, handphone saya terus berdering. Maka saya langsung ambil keputusan. Saya berpura-pura mentransfer saja.

“setelah itu tekan Ok mas” Katanya. “sudah mas” ucap saya, pura-pura. “oh, ya mas. Terus di layar ada tulisan apa mas?”, saya kaget ditanyai seperti itu. Saya mencoba berdalih dan berkelit, tapi “dia” terus saja “menekan” saya. “mas mau ambil hadiahnya apa tidak? Kalau tidak, hadiah ini akan hangus”bujuknya. Saya pun bingung mau berpura-pura apalagi. Akhirnya telpon saya tutup.

Rabu, 01 Juni 2016

Modus penipuan SMS berhadiah (part I)

Cerita ini merupakan relita, pengalaman pribadi penulis.
Sebelum hal ini terjadi, sebenarnya saya sendiri sudah sering mendengar perihal penipuan lewat sms. Baik yang mengaku dari suatu lembaga, hingga yang mengaku orang terdekat seperti mengaku pacar saya (sms ini yang paling saya tidak peraya. Mana mungkin pacar saya sms seperti itu, emang pacar saya kere? Wong pacar saja gak punya. Hehe...). atau bahkan, beberapa berita ada yang menyebutkan hingga korban dihipnotis melalui telepon. sebelum-sebelumnya saya juga tidak jarang mendapatkan dan mengabaikan sms yang seperti itu. Namun, waktu itu entah. Nyaris saja saya kena jebakan “mereka”, kalau tidak dinasehati ulang oleh teman saya dan pulihnya akal sehat saya.
Waktu itu hari Jum’at, kebetulan saya sedang berada di warnet. Sekitar jam 09.00 pagi. Pada hari itu, saya mendapat 2 sms yang bernada sama, intinya saya disuruh menghubungi ke nomor yang tertera agar mendapatkan hadiah uang x-juta.
Karena saya kebetulan di warnet, maka saya iseng saja ingin menelusuri kebenarannya dan berniat membuktikan kebohongannya kepada publik.
Dari sms pertama yang berasal dari salah satu operator jaringan selular yaitu Indos*t, yang memang saya adalah pengguna layanan jaringan tersebut. Dalam sms tersebut menyebutkan bahwa dalam rangka ulang tahun Indosat, saya mendapatkan suatu hadiah. Maka dengan mudah saya temukan di google bahwa hari itu, operator tersebut tidak sedang ulang tahun. Malahan ada judul yang menyebutkan yang intinya “hati-hati terhadap modus penipuan atas nama ulang tahun Indos*t...”. dengan ini saya sangat yaqin bahwa saya tidak percuma membuang waktu beberapa menit untuk membuktikan hal tersebut (padahal sebaliknya. Hehe).
 
Sms yang kedua berasal dari sebuah Bank B*I. Kebetulan saya memang nasabah bank tersebut. Di sms tersebut saya juga disuruh menghubungi nomor yang sudah tertera dan sebagai penguat, di sms tersebut juga mencantumkan sebuah web/link. Menurut sms tersebut, saya mendapat hadiah karena ada acara rutin undian berhadiah Bank tersebut. Waktu itu saya tidak kepikiran untuk melacak periode pengundian Undian berhadiah Bank tsb. Hanya saja, ketika saya tahu kalau undian itu memang sering diadakan oleh Bank tsb dan ketika saya mengecek web yang tertera di sms, saya mulai sedikit penasaran tentang kebenarannya. Jangan-jangan ini memang beneran, karena meskipun web itu berakhiran webly.com , saya beranggapan bahwa bisa saja Bank tersebut memang mengalihkan untuk event rutinan undian berhadiah tersebut dengan web lain. Web gratis. Di sisi lain, tampilan web itu sangat meyakinkan. Hampir sama dengan web utamanya.
Meskipun sebenarnya, alasan saya percaya lebih karena ketidaktahuan saya kalo web seperti itu (webly.com) adalah web/blog gratisan.
 
.....

Rabu, 25 Mei 2016

Serasah

oleh : Imam hr Mahtum


Dedaunan kian me-maroon kan warnanya

Rebut riuh berdesakan dengan yang coklat keemasan

berebut tempat

Tuk sekedar mengisi taman – taman

Kehidupan

 

Bersama gelitikan angin-angin

Terbanglah para daun

Dengan detik-detik waktu

Tuk sekedar memamerkan keromantisan

Di bawah rona-rona langit itu

 

Serasah…

Sebagaimana yang tak terhiraukan

Kau yang menyebabkan humus itu ada

Tuk bekal kehidupan di masa depan

 

Yogyakarta, Sya’ban 1435 H

Rabu, 18 Mei 2016

Borneo, Celebes dan Aru



Perjalanan Alfred Wallace Russel
[resensi]

                Suatu ketika, saya diajak jalan2 ke toko buku (di daerah Jogja) sama temen saya.     Yah, karena saya jarang/bahkan gak pernah ke toko buku sebelumnya. Maka, Iseng-iseng saya ikut, sekalian kenalan sama Jogja (karena kebetulan itu tahun2 pertama saya di jogja). Hingga akhirnya, saya bertemu dengan rak/meja buku yang bertuliskan “Rp. 10.000 – Rp. 20.000”. yah, mungkin inilah salah satu alasan kenapa kemudian saya membeli buku “Borneo, Celebes dan Aru”, karangan Ilmuwan Biologi Alfred Wallace Russel.

Kalau mendengar kata Wallace, pasti kita akan terngiang-ngiang pelajaran SD atau SMP tentang suatu garis imajiner , tentang hewan-hewan yang berkantong (wilayahnya),hewan mamalia pemanjat dan hewan peralihan. Ya, beliau lah, bapak pencetus/penemu pembagian hewan di Indonesia berdasarkan garis Wallace (atas biogeografi Indonesia) , bapak Alfred Wallace Russel. Mungkin sepintas itu bukan suatu hal yang “heboh”/menggemparkan atau tidak begitu terasa langsung manfaatnya. Namun siapa sangka,berdasarkan penemuan teori itu yang kemudian melatarbelakangi munculnya salah satu teori (biologi) yang menggemparkan dunia, “EVOLUSI”.

                Ya, yang jelas buku ini merupakan buku biologi, terutama untuk pecinta lingkungan atau biologi makro. Buku ini merupakan bagian dari buku Alfred yang terkenal, yaitu The Malay Archipelago. Pada pengantar buku ini, dijelaskan bahwa Alfred Wallace Russel melakukan di pulau-pulau tersebut selama kurang lebih 8 Tahun (1854 – 1862). Dari perjalanan yang cukup lama tersebut, beliau berhasil mengumpulkan sejumlah 230 ribuan spesies fauna, FANTASTIS bukan?. Selain itu, dalam pengantar juga disebutkan bahwa Alfred adalah pengagum Charles Darwin. Hal ini ditunjukkan ketika Alfred sering mengirimkan surat yang disertai makalah-makalahnya kepada Darwin. Salah satu yang kemudian terkenal dan menjadi kerangka dasar teori seleksi alam Charles Darwin yakni On The Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type. Wow… ternyata dibalik teori terkenal/kontroversial Charles Darwin, ada cerita tersembunyi yang jarang terungkap yah…

 

                Secara umum, dalam buku ini menceritakan tentang perjalanan Wallace selama di Nusantara,semacam diari gitu. Cerita-cerita tersebut menjadi sangat menarik dan menjadi karya sastra (mungkin) karena penggambaran di dalam setiap cerita yang disampaikan Wallace begitu detail, seolah pembaca berada / akan dibawa ke waktu itu.  Seperti misal cerita saat gempa bumi di Celebes, yakni di Rurukan.

” Tana Goyang-Tana Goyang-Tana Goyang (Gempa Bumi!) setiap orang berarian keluar rumah mereka – para perempuan menjerit dan anak-anak menangis- dan saya pikir akan bijaksana untuk pergi keluar juga. ……..

Dengan jarak waktu 10 menit samapi 1 jam, guncangan dan getaran lemah terasa , kadang-kadang cukup kuat untuk mengusir kami semua keluar. Ada suatu campuran yang aneh antara takut dan lucu dalam situasi kami. ….

Pada satu sisi, fenomena alam yang paling mengerikan dan merusak sedang beraksi di sekitar kami. Di sisi lain pemandangan dari banyak laki-laki , perempuan, dan anak-anak yang berlarian ke dalam dan keluar rumah mereka, yang setiap kalinya terbukti bahwa itu kekhawatiran yang tidak beralasan……. .”

 

                Dari situ, beliau seolah terkesan dengan fenomena yang sedang terjadi, termasuk fenomena sosial yang ada. Selain itu, yang pasti adalah penggambaran fauna dan flora yang ada. Seperti misal ketika di Borneo :

“ … tanpa meluangkan banyak waktu untuk pencarian saya mengumpulkan  50 spesies pakis di Borneo, dan saya tidak ragu bahwa seorang ahli botani yang baik akan menemukan dua kali jumlah itu. Kelompok anggrek yang menarik sangat banyak jumlahnya, tetapi, pada umumnya, Sembilan per sepuluh dari spesiesnya memiliki bunga yang kecil dan tidak menarik perhatian. Yang merupakan pengecualian diantaranya adalah Coelogynes yang indah, yang berbunga kuning dalam kelompok besar menghiasi hutan-hutan suram, dan tumbuhan yang paling luar biasa, Vanda lowii, yang terdapat banyak terdapat di dekat beberapa mata air panas di kaki pegunungan Penin-jauh. Tumbuhan ini tumbuh di dahan-dahan pohon yang rendah, dan tandan bunganya yang aneh sering tergantung ke bawah sehingga hampir mencapai tanah. Biasanya panjangnya enam atau delapan kaki, memuat bunga-bunga berdiameter 3 inci yang lebar dan indah, dan warnanya beraneka ragam dari oranye sampai merah, dengan bintik-bintik ungu merah-tua. Saya mengukur satu tandan, yang panjangnya luar biasa, Sembilan kaki delapan inci dan memuat 32 pasang bunga, terangkai dalam bentuk spiral pada tangkai tipis yang seperti benang…”

                Beberapa  pertimbangan menurut teman saya (yang sering baca karya terjemahan), penerbit/penerjemah juga sangat berperan dalam kemudahan pembaca untuk memahami, dan untuk buku ini saya pribadi tidak terlalu banyak komen. Apakah buku ini “enak” dan mudah dipahami, atau sebaliknya.

Maklum,saya ra pati dong.an ncen orange. Haha…

 

                Di akhir cerita, saya mulai “berpikir-pikir”. Ketika barat dengan asyiknya sudah mulai menjarah kekayaan alam ilmu di tanah air (1854) , saya malah masih mikir-mikir saja, tanpa berbuat apa. Atau bahkan berdebat kusir di kursi kuliahan, tanpa hasil apa-apa. Haha…(serius ini).

Mungkin kita terpaut jauh (dengan barat). Bahkan kebabasan baru kita peroleh 1 abad berikutnya, baru sebuah kata “kebebasan” diteriakkan di Indonesia.

Tapi yang jelas, mari berdo.a. semoga orang-orang yang (terutama) seperti saya ini cepet sadar, dan mengerti bahkan lebih dari itu.

benar-benar di do’akan yah…

Amin.

Terima kasih.

 

Yogya-BWI

Januari 2014

Rabu, 11 Mei 2016

Efektifitas Metode Pembelajaran : menelaah film Anime Assasination Classroom *)


 

 

“Jadi Guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. .... yang penting menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan kepada Allah. Di do’akan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah” – KH Maimoen Zubeir


Ketika penulis –yang kebetulan prodi kependidikan- sedang melakukan PLP (praktik mengajar), beberapa poin yang penulis catat secara pribadi diantaranya yaitu terkait keefektifan metode pembelajaran. Beberapa kali penulis menerapkan metode pembelajaran semisal Problem Based Learning (PBL), Galery of Learning, Numbered head together (NHT), dan beberapa lagi, muncul masalah lain yang dirasa penulis, yaitu kurang maksimalnya konten pengajaran yang disampaikan. Hal ini diakibatkan karena efek dari persiapan – persiapan yang perlu/dituntut dalam pembelajaran tersebut. Seperti contoh, dalam metode PBL pengajar perlu mencari masalah-masalah keseharian yang terkait dengan materi, umumnya permasalahan yang diambil dari media massa, dalam metode Galery of Learning perlu mempersiapkan peralatan – peralatan yang menunjang dalam pembelajaran seperti pencil warna/spidol, kertas Bufallo, atau membuat skenario dalam pembelajaran NHT. Di sisi lain, terdapat tuntutan administratif lain seperti membuat RPP, soal-soal untuk ulangan, hingga PPT. Maka konten materi akan sedikit teralihkan oleh berbagai hal tadi.

Perlu penulis tekankan bahwa cerita pengalaman di atas bukan bermaksud membuat semacam kesimpulan bahwa metode pembelajaran dapat mengurangi efektifitas pembelajaran. Hal tersebut sungguhlah kurang sopan dan pastinya kurang valid dan tidak ilmiah. Namun, pengalaman di atas membuat penulis setidaknya melakukan refleksi dan evaluasi, apakah semua metode bisa diterapkan di semua kondisi “lapangan”? apa esensi penggunaan metode pembelajaran itu? Dalam skala prioritas, manakah hal yang paling penting/ didahulukan diantara Konten (pengetahuan) materi, metode, silabus, RPP, media, sumber belajar? Atau bagaimana pembelajaran yang efektif itu?

Seperti yang kita ketahui, pembelajaran merupakan suatu proses. Sejalan dengan  dawuh kanjeng Nabi bahwa pembelajaran merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Pembelajaran yang akhirnya menghasilkan suatu pengalaman dan sikap/ akhlaq-akhlaq yang sewajarnya dimiliki oleh para pembelajar. Proses pembelajaran bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja, selama ada sarana dan sumber untuk belajar. Namun untuk pembelajaran di dalam kelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti halnya menurut Trianto , terkait pembelajaran di kelas adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Maka keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu proses pembelajaran.

Salah satu yang hal yang dilakukan guru/tenaga pengajar pastinya adalah mengajar. Entah mengajar dengan metode-metode tertentu ataukah hanya mengajar saja (ceramah). Mengajar pada intinya adalah proses interaksi pengetahuan antara siswa dengan guru. Menurut Gus Mus, mengajar berbeda dengan mendidik. Mengajar lebih cenderung menyampaikan informasi atau pengetahuan. Sedangkan mendidik lebih pada membentuk karakter dan bahkan membimbingnya menuju kesejatian dirinya. Seperti contoh ketika mendengar kisah KH Ali Maksum Krapyak (terutama ketika haul) yang mengajar dan mendidik para santri hingga santrinya “menjadi orang” dengan bermacam – macam karakter, seperti politisi, budayawan, pemimpin, hingga kyai yang berperan ganda (tidak hanya kyai). Hal ini secara sederhana digambarkan dalam film anime jepang yang berjudul Assasination Classroom, terdapat karakter seorang guru yang mampu mengajar dan mendidik, serta mengembangkan masing-masing jati diri dari para siswanya. Maka dari itu, porsi mendidik akan jauh lebih berat dibandingkan dengan porsi mengajar.

Menurut penulis, meski film ini berisi tentang suatu kelas yang didik untuk membunuh (sesuai judulnya), namun film ini mengandung positif lain, yakni kritik terhadap suatu sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang ternyata malah “menghasilkan” siswa yang pintar dan siap untuk kerja tanpa memperhatikan keinginan sejati si siswa. Bukan menjadikan siswa menjadi “dirinya sendiri”. Dalam film tersebut diceritakan bahwa terdapat suatu sekolah elit yang memiliki sistem sekolah yang ketat. Semua murid harus bersaing dan berkompetisi untuk mendapatkan peringkat di kelasnya. Dan ketika mereka mendapat peringkat terburuk di kelasnya, mereka akan “diasingkan” di kelas E, kelas yang mendapat stempel kelas terburuk atau kelas “buangan” siswa-siswa peringkat terbawah dari kelas lain. Kelas itu pun ter-isolasi jauh dari gedung utama sehingga membuat siswa yang berada di kelas tersebut malah memiliki mental yang pesimistis dan enggan untuk belajar. Namun, suatu ketika ada seorang mahkluq (seperti alien) super yang datang dan menjadi guru sekaligus walikelas di kelas itu. Singkat cerita, dengan gaya mengajar yang khas dan sangat memahami karakter masing – masing siswa di kelas E, guru tersebut –yang bernama guru Koro- dapat meningkatkan kemampuan dan karakter masing – masing individu dan bahkan dapat mengalahkan kelas favorit (kelas A), baik dalam bidang olahraga bahkan dalam bidang mata pelajaran.

Salah satu hal yang menarik dan menjadi perhatian penulis adalah cara guru mendekati para siswa. Guru tersebut selalu berusaha mendekati siswa dengan berbagai macam cara sesuai dengan karakter siswa itu sendiri. Seperti contoh ada seorang siswa yang jenius dan usil (diperankan oleh Karma), guru tersebut mendekatinya dengan sindiran dan keusilan yang membangun, hingga memberinya kesempatan mengajar teman sebayanya. Hal tersebut menimbulkan motivasi dan rasa solidaritas terhadap sesama temannya. Ada juga karakter seorang yang cukup pintar, baik, tenang dan cukup pendiam (diperankan oleh Nagisa). Guru tersebut memanfaatkan ketenangannya untuk melawan beberapa “musuh” pembunuh yang cukup berbahaya. Sehingga kepercayaan siswa tersebut berkembang dan motivasi belajarnya juga meningkat. Dan beberapa siswa lain juga, seperti terdapat siswa yang suka sains, maka guru tersebut membebaskannya untuk meneliti dan memberinya sedikit nasehat yang bijak, siswa yang suka novel/sastra maka guru tersebut akan memberinya berbagai karya sastra dunia, dan lain lain. Dan yang terpenting, guru tersebut selalu “mendampinginya”.

Film ini mengingatkan penulis pada dawuh Sunan Bonang yang berbunyi ; menehono teken marang wong kang wuto,menehono mangan marang wong kang luwe,.... (dalam Kumpulan Esai D. Zawawi Imron, 2000). Bagaimana kalau semisal memaksakan seorang murid untuk hapal dan pintar biologi, padahal ternyata murid itu suka menghitung, suka bersosial, suka elektronik. Bagaimana jika murid itu hanya membutuhkan tongkat saja, namun disediakan berbagai metode pembelajaran yang menyediakan nasi, berbagai macam lauk pauk, aneka jus buah dan makanan lain?

Meskipun di film tersebut tidak menampilkan secara keseluruhan sistem pengajaran di kelas – semisal terkait metode pembelajaran - , namun secara umum dapat ditangkap beberapa pesan (menurut penulis) yaitu pertama seorang guru/pengajar harus menguasai materinya. Kedua, seorang guru ternyata tidak harus membuat semua  siswa pintar tentang bidang materi tertentu meski tetap harus berusaha menyampaikan konten materi secara maksimal. Ketiga, hal yang terpenting dalam pembelajaran adalah bagaimana membuat seseorang dapat belajar. Keempat, seorang guru idealnya benar-benar mengetahui karakter berbagai macam siswanya, sehingga tidak salah memberikan tongkat atau nasi?

Bagaimana kalau siswanya banyak sekali? Ya, mungkin ngikut dawuhnya Kyai Maimoen yang di atas saja.

Dan Bukankah dalam Al Qur’an sendiri, banyak ayat yang menegaskan bahwasanya malah ilmu, hidayah, itu adalah urusan Allah SWT. Seperti diantaranya termaktub dalam Q.S Al Baqoroh : 32, 255, Q.S Al Qoshosh : 56, Q.S. Yunus ; 25, Q.S. Ar Ra’du : 27, Q.S. Ibrohim : 4, Q.S. An Nahl : 93, Q.S. Fathir : 8, Q.S. Al Mudatssir : 31, dll ?

Lantas, bagaimanakah metode pembelajaran yang efektif itu? Jangan – jangan, masalah di atas (tentang pembelajaran selama masa PLP) hanya murni kesalahan penulis belaka, yang memang butuh banyak jam terbang lagi.

Diakhir tulisan ini, penulis teringat salah satu puisi  (kyai) D. Zawawi Imron yang berbunyi ; .... Dubur Ayam yang mengeluarkan telur, lebih mulya dari mulut intelektual yang menjanjikan telur.

Wallahu a’alam

 

Beberapa rekomendasi bacaan :

Imron, D. Zawawi. 2001. Gumam-gumam dari Dusun ; Indonesia di Mata seorang Santri. Bandung : Pustaka Hidayah.

Trianto. 2010. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Jakarta:Prestasi Pustaka

Beberapa video ceramah Gus Mus dan Pembacaan Puisi D. Zawawi Imron

 *)  Untuk memenuhi tugas Madrasah Diniyyah mata pelajaran Teknologi Pembelajaran pengampu Ust. Akhda Najmu Tsakib