Kamis, 15 Mei 2014

The First Letters




Ada banyak teori tentang menulis, mulai dengan istilah “gajah mati meninggalkan gadingnya ….”, sampai yang paling sederhana “tulislah minimal kegiatanmu selama seharian (diary)”. Namun, dari semua teori tersebut kiranya juga perlu adanya seorang pendamping/guru pembimbing/penyemangat/inspirasi,dll. Dan tulisan ini, saya khususkan ilaa Jami’I  temen2 yang menginspirasi saya, untuk (paling gak) menulis (meskipun tulisan saya nantinya cuman curhatan. Berbeda jauh dengan punya mereka.haha).
Ya, awalnya saya bingung (seperti biasa) mau nulis apa, dan kemudian ada angan untuk menulis seperti ini :
“ Terima kasih/Matur sembah nuwun/Mator Kaso’on/Tengz a lot. Saya ucapkan kepada mereka, yang mungkin saya tidak berani menyebutkan namanya secara detail. Entah karena memang saya gak ijin atau ntar malah membuat mereka parno . yaitu pertama-tama 2 orang yang saya sebut di catatan (fb) saya, kalo boleh mengumpamakan, saya kayak bayi yang baru disuap nasi, sedangkan gigi masih belum tumbuh. Yang penting ditelan.
Yang selanjutnya dari (sejatinya) Ustadz saya, yang dengan bahasa (sangat) ringannya/kontekstualnya sangat membuat orang seperti saya sangat mudah mengerti, atau mungkin bisa mikir-mikir sejenak, dan berkata “iya-ya”. Atau ada yang berkata selalu akademis, punya sumber-sumber yang jelas. Dan yang lebih keren lagi, seorang ustadz berkata (kurang lebih)  “memang hidup itu proses, tapi kalau kalian tidak segera menentukan segera proses kalian, apa gak kasian dengan anak istri kalian?”. Kalo boleh saya berkomentar untuk semua pernyataan diatas , “gak berdarah se, tapi sakiit”.
Berikutnya adalah teman-teman organisasi saya. Kalo ini sebenarnya saya no comment!. Meski (maaf) mereka sepertinya sangat biasa saja, tapi lama kelamaan malah saya yang sangat minder (sekali). Tentu karena karya dan pembuktian mereka. Dan saya tetap memberanikan diri untuk berkumpul dengan mereka, meski saya tak punya keahlian apa. Paling tidak saya bisa belajar mengenal Indonesia, ya  “ baru mengenal saja ”. Terima kasih
Dan yang tak lupa, beberapa dosen dan guru saya. Bukan berarti saya kurang menghargai beliau karena peletakan tulisannya. Sungguh tak ada maksud seperti itu. Hanya saja mungkin karena saya lebih dekat dan mudah mengerti apa yang dibicarakan teman-teman saya. Sekali lagi, terima kasih.
Saya tak punya tokoh penulis yang sangat saya gandrungi, saya juga tak begitu punya rincian jelas tentang mimpi-mimpi hingga itu akan membuat sebuah rentetan cerita yang indah, atau apalagi saya juga tak begitu serius untuk membuat penelitian dan membentuknya menjadi sebuah tulisan. Namun, satu hal yang pasti. Cukup saya berkumpul kalian semua.
Dan terakhir, Hanya berawal dari sebuah saran mistis (karena simple dan yang nyampein dari hati), “hanya” disuruh untuk menulis, “apapun” yang sudah saya lakukan, selama sehari (diary). Maka saya bulatkan untuk selalu belajar menulis dan membuat blog/kolom tulisan. Sekali lagi terima kasih buat kalian semua, dan special tengz buat Nayya (nama samaran) karena tulisannya juga kemudian akhirnya ada tulisan ini.
“Terima kasih, semoga kalian menjadi orang-orang hebat.” ….”

Ya, awalnya otak alay saya  hendak menulis seperti itu. Tapi pas tak sawang-sawang lagi. Kog terus timbul pikiran “ Igh, Koyo sopo ae aku iki?”. Sok resmi pake koyo pidato maneh, haha.
Tapi paling gak, daripada tak pikir-pikir, ya sudah. Inilah yang saya bisa. Dan dari sinilah inspirasi tulisan saya.


Bimorejo, 14-04-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar