Ada banyak teori
tentang menulis, mulai dengan istilah “gajah mati meninggalkan gadingnya ….”,
sampai yang paling sederhana “tulislah minimal kegiatanmu selama seharian
(diary)”. Namun, dari semua teori tersebut kiranya juga perlu adanya seorang
pendamping/guru pembimbing/penyemangat/inspirasi,dll. Dan tulisan ini, saya
khususkan ilaa Jami’I temen2 yang
menginspirasi saya, untuk (paling gak) menulis (meskipun tulisan saya nantinya
cuman curhatan. Berbeda jauh dengan punya mereka.haha).
Ya, awalnya saya bingung
(seperti biasa) mau nulis apa, dan kemudian ada angan untuk menulis seperti ini
:
“ Terima kasih/Matur sembah nuwun/Mator
Kaso’on/Tengz a lot. Saya ucapkan kepada mereka, yang mungkin saya tidak berani
menyebutkan namanya secara detail. Entah karena memang saya gak ijin atau ntar
malah membuat mereka parno . yaitu pertama-tama 2 orang yang saya sebut
di catatan (fb) saya, kalo boleh mengumpamakan, saya kayak bayi yang
baru disuap nasi, sedangkan gigi masih belum tumbuh. Yang penting ditelan.
Yang selanjutnya dari (sejatinya)
Ustadz saya, yang dengan bahasa (sangat) ringannya/kontekstualnya sangat
membuat orang seperti saya sangat mudah mengerti, atau mungkin bisa mikir-mikir
sejenak, dan berkata “iya-ya”. Atau ada yang berkata selalu akademis, punya
sumber-sumber yang jelas. Dan yang lebih keren lagi, seorang ustadz berkata
(kurang lebih) “memang hidup itu proses,
tapi kalau kalian tidak segera menentukan segera proses kalian, apa gak kasian
dengan anak istri kalian?”. Kalo boleh saya berkomentar untuk semua pernyataan
diatas , “gak berdarah se, tapi sakiit”.
Berikutnya adalah
teman-teman organisasi saya. Kalo ini sebenarnya saya no comment!. Meski
(maaf) mereka sepertinya sangat biasa saja, tapi lama kelamaan malah saya yang
sangat minder (sekali). Tentu karena karya dan pembuktian mereka. Dan saya
tetap memberanikan diri untuk berkumpul dengan mereka, meski saya tak punya
keahlian apa. Paling tidak saya bisa belajar mengenal Indonesia, ya “ baru mengenal saja ”. Terima kasih
Dan yang tak lupa,
beberapa dosen dan guru saya. Bukan berarti saya kurang menghargai beliau
karena peletakan tulisannya. Sungguh tak ada maksud seperti itu. Hanya saja
mungkin karena saya lebih dekat dan mudah mengerti apa yang dibicarakan
teman-teman saya. Sekali lagi, terima kasih.
Saya tak punya tokoh
penulis yang sangat saya gandrungi, saya juga tak begitu punya rincian jelas
tentang mimpi-mimpi hingga itu akan membuat sebuah rentetan cerita yang
indah, atau apalagi saya juga tak begitu serius untuk membuat penelitian dan
membentuknya menjadi sebuah tulisan. Namun, satu hal yang pasti. Cukup saya berkumpul
kalian semua.
Dan terakhir, Hanya berawal
dari sebuah saran mistis (karena simple dan yang nyampein dari hati), “hanya”
disuruh untuk menulis, “apapun” yang sudah saya lakukan, selama sehari (diary).
Maka saya bulatkan untuk selalu belajar menulis dan membuat blog/kolom
tulisan. Sekali lagi terima kasih buat kalian semua, dan special tengz buat
Nayya (nama samaran) karena tulisannya juga kemudian akhirnya ada tulisan ini.
“Terima kasih, semoga kalian menjadi orang-orang
hebat.” ….”
Ya, awalnya otak alay saya hendak menulis seperti itu. Tapi pas tak sawang-sawang
lagi. Kog terus timbul pikiran “ Igh, Koyo sopo ae aku iki?”. Sok resmi pake
koyo pidato maneh, haha.
Tapi paling gak, daripada tak pikir-pikir, ya sudah.
Inilah yang saya bisa. Dan dari sinilah inspirasi tulisan saya.
Bimorejo, 14-04-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar